MAKALAH
Komunikasi efektif dalam
keperawatan
Dosen
pengampu: Zuryati, S.kep.,Ns.,M.Kes
Disusun oleh:
Amin
Zakki 16142010050
Fitri
Fariani 16142010060
Fiki
Fendy 16142010059
Farico
Misyaf P 16142010058
Nanda
Prata Putra 16142010071
Noning
Anggraini 16142010074
Siti
Sifaturrohmah 16142010081
STIkes NGUDIA HUSADA
MADURA
2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari kelompok 5 yang telah bekerja sama dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar.....................................................................................................................
i
Daftar
isi..............................................................................................................................
ii
BAB 1
PENDAHULAUAN
Latar
belakang...................................................................................................................
1.1
Rumusan
masalah..............................................................................................................
1.2
Tujuan................................................................................................................................
1.3
Manfaat..............................................................................................................................
1.4
BAB
II
PEMBAHASAN
Komunikasi efektif dalam keperawatan.............................................................................
2.1
Kualitas komunikasi
efektif...............................................................................................
2.2
Kualitas
komunikator.........................................................................................................
2.3
Syarat komunikasi
efetif....................................................................................................
2.4
Kiat komunikasi
efektif.....................................................................................................
2.5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................................
3.1
Saran.................................................................................................................................
3.2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Dalam ilmu kesehatan, komunikasi
tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat sebagai petugas kesehatan. Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.Sehingga
sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi
ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah
laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut
atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki
derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal
balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara
mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat,
yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu
pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi
sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk
membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali
meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk
klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di
tatanan kelompok ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam
mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan seperti perawat
salah satunya.
Komunikasi dalah elemen dasar dari
interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena
komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah
berfikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi
adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis.
Komunikasi adalah proses
interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan
ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan
emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan sebuah
makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan seorang
suami yang ditinggal mati istrinya. Komunikasi menyampaikan informasi dan
merupakan suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang
paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara
perawat dan klien.
1.2.
Rumusan
masalah
1. Apa
saja tahap-tahap komunikasi efektif dalam keperawatan?
2. Bagaimana
cara memperoleh kualitas komunikasi efektif?
3. Bagaimana
cara menilai kualitas komunikator?
4. Apa
saja syarat komunikasi efektif?
5. Bagaimana
tahap orientasi kiat komunikasi yang efektif?
1.3.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui tahap-tahap komunikasi efektif dalam keperawatan
2. Untuk
mengetahui cara memperoleh kualitas komunikasi efketif
3. Untuk
mengetahui cara menilai kulaitas komunikator
4. Untuk
mengetahui syarat komunikasi efektif
5. Untuk
mengetahui tahap orientasi kiat komunikasi yang efektif
1.4.
manfaat
Mensimulasikan
komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan tenaga kesehatan yang
lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Komunikasi
efektif dalam perawatan
No
man is the lord of anything, though in and of bim there be much consisting till
be communicate his parts to others. Disinilah tempat
pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi efektif karena merupakan salah
satu keterampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan diri kita baik
secara personal maupun profesional. Paling tidak kita dapat menguasai empat
jenis keterampilan dasar dalam berkomunikaasi yaitu: menulis dan membaca
(bahasa tulisan) serta mendengar dan membicara secara lisan. Bayangkan betapa
sewaktu-waktu kita setiap detik dan setiap saat kita habiskan untuk mengerjakan
setidaknya salah satu dari keempat hal itu. Oleh karena itu kemampuan untuk
mengerjakan keterampilan dasar komunikasi tersebut dengan baik mutlak
diperlukan demi efektifitas dan keberhasilan kita. Komunikasi efektif terjadi
bila dalam komunikasi menghasilkan persamaan persepsi sehingga tidak
menimbulkan multi tafsir dan multi interpretasi dari pihak-pihak yang terlibat
dalam proses komunikasi.
Menurut Stephen Covey (1997),
komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita
menghabiskan sebagian besar waktu disaat kita sadar untuk berkomunikasi. Sama
halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis
terjadi begitu saja sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya
dengan efektif. Kita tidak pernah dengan cara khusus mempelajari bagaimana
menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana
bicara efektif, apalagi bagaimana dengan menjadi pendengar yang baik. Bahkan
untuk yang terakhir yaitu keterampilan untuk mendengar, tidak pernah diajarkan
atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik disekolah
formal maupun pendidikan informal lainnya. Bahkan menurut Covey (1997), hanya
sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Sebagian besar
pelatihan tersebut adalah teknik etika kepribadian, yang terpotong dari dasar
karakter dan dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pemahaman kita terhadap
keberadaan orang lain. Stephen Covey menekankan konsep saling ketergantungan (interdependency) untuk menjelaskan
hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan
sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi pada karakter kita
dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun
tulisan kita di bangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika
kepribadian) dan bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang
lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi
efektif adalah karakter yang kukuh yang di bangun dari fondasi integritas pribadi
yang kuat. Kita bisa menggunakan analogi syistem pelayanan keperawatan di unit
pelayanan kesehatan yang ada, seperti puskesma, rumah sakit, dan tempat
pelayanan kesehatan lainnya
Jika klien mendepositokan kepercayaan
(truss) kepada petugas kesehatan,
maka akan tergammbar dalam perasaan aman yang di miliki klien ketika kita
berhubungan dengan petugas kesehatan. Coba kita lihat seorang penderita
penyakit jantung yang berobat ke dokter yang sudah terkenal kemahirannnya.
Klien dengan setia menunggui walaupun pelayanannya agak lama, klien
mendepositokan kepercayaannya kepada dokter ahli jantung tersebut, karena
dokter tersebut di percayai mampu mengatasi permasalahan penyakit jantungnya.
Jika kita meletakkan deposit kepercayaan rekening bank emosi melalui integritas
yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran,dan memenuhi setiap komitmen,
berarti akan menambah cadangan kepercayaan kepada orang lain kepercayaan kita
lebih tinggi, dan dalam kondisi tertentu, jika kita melakukan kesalahan, maka
masih dapat memahami dan memaafkannya, karena masih ada mempercayai. Ketika
kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif. Covey
(1997) mengusulkan enam deposito utama yang dapat menambah rekening bank emosi
dalam hubungan kita dengan sesama.
1.
Berusaha
benar-benar mengerti orang lain.
Ini
adalah dasar dari apa yang di sebute mphatetic
communication atau komunikasi empatik. Ketika kita berkomuniasi dengan
orang lain, kita biasanya ‘’ berkomunikasi’’ dalam salah satu dari empat
tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius dalam membangun
hubungan yang baik, kita mungkin berpurapura. Kita mungkin secara selektif
berkomunikasi pada saat kita memerlukannya atau kita membangun komunikasi yang
penuh perhatian, tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita. Bentuk
komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik yaitu melakukan komunikasi untuk
terlebih dahulu mengerti orang lain memahami karakter, dan maksud tujuan atau
peran orang lain. Mengerti klien dan keluarga merupakan syarat utama dalam
mengaplikasikan konsep keperawatan. Perawat harus mempunyai instusi yang kuat
kapan berkomunikasi dengan klien dan keluarga. Perawat harus mempeljari dulu
karakteristik klien, keluarga, dan mungkin karakteristi lingkungan sekitar
sebelum membangun komunikasi yang penuh perhatian dengan klien dan keluarga
bebas untuk mencerikan keluhannya dalam rangka mendapatkan data atau masalah
yang alami dan aktual.
2.
Kebaikan
dan sopan santun yang kecil bagitu penting dalam suatu hubugan, karena hal-hal
yang kecil merupakan hal-hal yang besar.
‘’kenalilah
yang kecil-kecil agar kamu menjadi besar ‘’ kalimat tersebut menggambarkan
adanya suatu usaha akan berhasil apabila selalu memikirkan yang kecil-kecil
terlebih dahulu. Hubungan antara klien dan perawat akan efektif apabila perawat
selalu memikirkan efek yang terjadi saat berkomunikasi adanya keretakan
hubungan klien dan perawat biasanya didahului dengan masalah yang kecil-kecil
atau masalah yang sederhan. Dengan demikian untuk menjadikan sesuatu yamg besar
tentunya di mulai dengan yang kecil-kecil dulu. Koereksi terhadap diri sendiri
melalui komunikasi intrapersonal dengan merenungi tingkah laku yang telah di
lakukan terhadap orang lain menjadikan perawat mengerti akan sopan santun dan
tatakrama yang menjadi ciri yang fital bagi perawat.
3.
Memenuhi
komitmen atau janji adalah keuntungan besar dan melanggar janji adalah kerugian
yang besar.
Pendek
kata melaksanakan komitmen merupakan cadangan kepercayaan yang sangat tinggi
dalam membangun hubungan simbosis mutualisme. Dengan memegang komitmen yang
kuat, maka suatu usaha tidak akan lepas dan hal itu merupakan nilai dari
infestasi yang akan menghasilkan sebuah kesempatan dan keuntungan yang besar.
Demikian juga dalam memberikan pelayanan keperawatan kapada klien, peawat juga
harus memegang komitmen yang kuat.
Kita sadari bahwa dalam memberikan pelanan keperawatan
konsep dasar pelayanan keperawatan ini tampak sederhana, namun mengandung makna
yang kuat kontrak yang jelas, baik kontrak topik, waktu, dan tempat yang akan
di tentukan dalam memberikan pelayanan keperawatan merupakan syarat yang mutlak
untuk membangun komitmen yang baik dalam membina menghungkan saling percaya.
Komunikasi akan efektif bila perawat tidak melanggar janji
yang telah di tentukan, mengingat klien yang berada di tempat pelayanan
kesehanatan sudah menyandarkan diri dan pasrah kepada petugas kesehatan dalam
upaya penyembuhan penyakit, di mana perhatian yang penuh selalu di nantikan. Hal ini penting untuk menjaga hubungan
saling percaya karena perawat dinilai bertanggung jawab dengan apa yang telah
diputuskan.
4.
Memjelaskan
harapan
Penyebab
dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang
bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Apabila tujuan yang akan di
capai tidak bisa di laksanakan dengan baik atau sebaliknya tindakan yang di
lakukan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, maka harapan tidak akan
tercapai. Harapan merupakan awal dari rasa kepuasan. Rasa puas yang di terima
klien merupakan modal yang sangat berharga dalam pencapaian tujuan pelayanan
keperawatan semakin banyak klien memercayai perawat yang merawat klien tersebut
maka akan terjaidi efek domino, di mana klien melalui komunikasi mouth to mounth akan menyebarkan
pelayanan yang di berikan kepada khalayak ramai sehingga akan banyak masyarakat
mempercayai jasa pelayanan yang di berikan kepada klien tersebut.
5.
Meminta
maaf dengan tulus ketika anda membuat penarikan atau kesalahan.
Meminta
maaf bukan berarti kekalahan akan tetapi akan merupakan upaya untuk memperbaiki
kesalahan yang mutlak bukan kekalahan jadi, dapat di katakan meminta maaf di
lakukan dalam rangka untuk memperbaiki hubungan yang telah renggang untuk
mencapai hubungan yang efektif. Seseorang yang meminta maaf masih terus
menjalini kesalahannya karena merupakan bentuk pengingkaran terhadap
nilai-nilai positif dari sebuah kondisi yang esensial, yang berdampak pada
kecelakaan. Dalam pelayanan keperwatan, salah bicara mungkin lebih ringan
resikonya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tindakan keperawatan sedikit
mungkin perawat meminimalisasi kesalahan agar tidak terjadi kondisi yang fatal.
6.
Memperlihatkan
integritas pribadi.
Integritas
pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito
yang berbeda. Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi
yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau timwork tanpa ada kepercayaan (trust) dan tidaka akan ada kepercayaan
tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekedar
kejujuran (honesty). Integritas
bersifat aktif,sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun
komunikasi yang efektif, maka hal berikut yang perlu diperhatikan adalah 5hukum
komunikasi yang efektif (the five
inevitebel laws of eff ective comunication) yang kami kembangkan dan
rangkum dalam satu kata dimana mencirminkan esensi dari komunikasi itu sendiri
yaitu reach, yang berarti menempuh atau meraih. Karena sesumgguhnya komunikasi
itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
Respect
Sikap menghargai setiap
individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan hukum pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek
terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Bagaimanapun bentuk marah kita
kepada seseorang akan kita lakukan dengan tetap menghargai orang itu sebab yang
kita marahi itu bukan orangnya, akan tetapi yang kita marahi adalah perilakunya
yang kurang baik. Hal tersebut dengan harapan perilakunya berubah menjadi lebih
baik sehingga kita tidak canggung lagi untuk berkomunikasi pada masa-masa yang
akan datang.
Jika kita membangun komunikasi dengan bahasa dan sikap
saling menghargai dan saling menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergis yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita baik
sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim bahkan menurut
bahaguru komunikasi Dale Carnegy dalam bukunya how to win friends and influense people, rahaisa terbesar yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia dengan
memberikan penghargaan yang jujur dan tulus.
Cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang
lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus.
Penghargaan yang diberikan bisa dlam bentuk material maupun inmaterial.
Tindakan memberikan penguatan positif atasa hal-hal yang mampu dilakukan dengan
baik oleh bawahan merupakan bentuk respek dari atasan kepada bawahan, terlebih
lagi, ada insentif yang merupakan bentuk respek/penghargaan dalam bentuk
material.
Empathy
Kemampuan
kita untuk menempatkan kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang
lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan
kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk
mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat
efekti, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru mengerti. Inilah
yang disebutnya dengan komunikasi empatik.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan
pesan (message) dengan cara dan sikap
yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya. Oleh karena itu, dalam ilmu pemasaran memahami prilaku konsumen
merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati
dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan
dari konsumen. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap
perseftif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap
yang positif. Oleh karena itu, dlam kegiatan komunikasi diperlukan kemampuan
untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.
Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Jika diterima oleh penerima empati berarti kita harus
mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik , maka
audible berarti pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh pemerima pesan. “adalah pendengar yang menentukan
bagaimana sebaiknya sebuah pesan dimengerti”. Hukum ini mengatakan bahwa pesan
harus disampaikan melalui media atau delivery
channel sedemikian rupa sampai
dapatditerima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan
kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio
visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima
dengan baik. Dalam komunikasi personal, hal ini berarti bahwa pesan disampaikan
dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan,.
Dari sisi delivery channel, penggunaan teknologi bisa membantu
melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga diterima
oleh jauh lebih banyak orang, ini yang disebut sebagi kerja cerdas. Misalnya
saja, dengan menggunakan internet. Adapun hal-hal yang sering terjadi adalah
karena ketidakmampuan seorang penyampai dalam:
1.
Berkomunikasi
sesuai tingkatan bahasa para pendengarnya.
Seorang klien yang belum
pernah mengenyam pendidikan baik formal maupun non-formal tentunya akan
kesulitan mengerti pembicaraan dengan bahasa medis maupun bahasa kedokteran
yang berbicara menggunakan istilah-istilah terkniknya. Tentunya dalam
berkomunikasi diselaraskan dengan tingkat pendidikannya, yang terpenting
bagaimana pesan itu dimengerti oleh penerima pesan tanpa adanya salah tafsir
atau salah mempersiapkan arti sebuah kata. Kata-kata akan lebih penting dari
pada teks karena hanya mengacu pada seni berkata. Selain itu, kata-kata akan
mudah dipahami apabila berbicara secara saderhana dengan bahasa lawan bicara.
2.
Mengerti
keinginan arah pembicaraan dari pada pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA
tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan mengenai permasalahan
bagaimana merawat dan mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah
tangga. Hal ini berarti juga berlaku saat kita berkomunikasi dengan orang
sakit, pseharusnya pembicaraan yang dilakukan berkisar bagaimana cara
menghadapi sakit, serta bagaimana agar keluhan yang dirasakan cepat teratasi
termasuk bagaiman agar keluhan dan penyakit yang dirasakan cepat teratasi.
Teknik memfokuskan merupakan saran yang tepatuntuk dijadikan acuan bagaimana
pembicaraan diarahkan pada arah arah pembicaraan dari para pendengarnya. Hanya
satu topik yang dibicarakan membuat pendengar, dalam hal ini klien, akan memusatkan
perhatian serta berkonsentrasi dalam mengikuti proses dialog, ini berarti
tujuan untuk komunikasi ini hampir tercapai karena sudah ada kesepakatan
interpersonal.
3.
Mengerti
kels sosial para pendengarnya.
Sekelompok petani didesa
tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang
mengenai perdagangan saham. Dalam berkomunikasi dengan klien juga perlu
diperhatikan hal tersebut. Dalam klien dengan pendidikan yang rendah, perawat
tidak mungkin menjelaskan tata cara perawatan sampai detail cukup dijelaskan
yang sederhana tanpa mengurangi kualitas pelayanan keperawatan. Saat kita
berkomunikasi dengan klien, kita juga harus melihat kualitas klien. Perawat
seharusnya menghindarkan bahasa medis atau bahasa asing bila berkomunikasi
dengan klien. Oleh karena itu agar pesan itu tersampaikan dengan baik sebaiknya
perawat mengomunikasikan pesan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan
tidak tertutup kemungkinan memaki dengan bahasa jawa yang dalam adat jawa
kurang sopan.perawat menggunakan bahasa jawa yang terkesan tidak sopan untuk
ukuran berkomunikasi dengan sesama suku jawa tidak ada unsur yang menyepelekan
atau meremehkan, tetapi dengan suatu tujuan bagaimana pesan itu dimengerti.
Contohnya pada saat
perawat menjelaskan cara memberikan kompres dingin. Perawat cukup menjelaskan
bagaimana cara mengompres dingin dengan menjelaskan agar panasnya cepat turun.
4.
Memahami
latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya.
Seorang ahli presentasipun
akan sangat kesulitan menembus dan mengubah “kekbalan” (keras kepala) pendapat
seorang individu apalagi kelompok masyarakat yang menginsumsi makanan pokok
nasi menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung “bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar”.
Dalam komunikasi persuasif, kekebalan pendapat ini merupakan kendala yang sulit
untuk diubah. Kekbalan pnedapat ini berkaitan dengan kenyakinan yang memiliki
dan biasanya ada kebiasaan yang diturunkan atau kebiasaan yang turun menurun.
Kebasaan yang diturunkan berkaitan dengan kenyakinan yang dimiliki dan biasanya
ada kebiasaan yang diturunkan atau kebiasaan yang turun menurun. Kebiasaan yang
diturunkan baisanya dikaitkan dengan pengalaman yang diterima dan dimiliki,
sedangkan kebiasaan yang turun menurun memang sudah merujuk dari adat kebiasaan
dari nenek moyangnya. Contoh kebiasaan yang siturunkan adalah kebiasaan minum
air mentah yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat meyakinin bahwa minum air
mentah tidak akan mengganggu kesehatan karena ada pengalaman yang dia lihat saat
orang yang minum air mentah tetap sehat-sehat saja sehingga dai menyakini bahwa
minum air mentah itu tidak berbahaya atau tidak menimbulkan penyakit. Namun
demikian, sekuat-kuatnya kebiasaan itu dipegang oleh masyarakat. Hal ini
disebabkan kebiasaan tersebut memang
membahayakan kesehatan masyarakat dan itu memeng harus diubah. Karena minum air
mentah dapat menyebabkan diare.
Kunci
utama untuk dapat menerapkan hukum ini dalam mengirim pesan adalah sebagai
berikut:
1. Buat
pesan anda untuk dimengerti.
2. Fokus
pada informasi yang penting.
3. Gunakan
ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan tersebut.
4. Taruhlah
perhatian pada fasilitas yang ada dan lingkungan disekitar anda.
5. Antisipasi
kemungkinan masalah yang akan muncul.
6. Selalu
menyiapkan rencana atau pesan cadangan.
Clarity
Selain
bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah penjelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan
multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan
tafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan
dampak yang tidak sederhana. clarity
dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, kita
perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan)
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust)
dari penerima pesan atau anggota tim kita. Apabila tidak ada keterbukaan atau
timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan
antusiasmu kelompok atau tim kita. Bebrpa cara untuk menyiapkan pesan agar
jelas adalah sebagai berikut.
1. Tentukan
tujuan yang jelas .
2. Luangkan
waktu untuk mengorganisasikan ide kita.
3. Penuhi
tuntutan kebutuhan format bahasa yang kita pakai.
4. Buat
pesan anda yang jelas, tepat, dan menyakinkan.
5. Pesan
yang disampaikan harus fleksibel.
Humble
Hukum
kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati (humble). Sikap rendah hati yang dimiliki
perawat bertujuan agar klien tidak merasa rendah diri, menolak komunikasi, dan
seallu peduli dengan perawat. Rendah diri bisa diartikan menyejajarkan respon
emosi peraat dan klien sehingga didapatkan saling mengerti dan menghargai
sebagai manusia yang punya perasaan yang sama dalam berenspon denga stimulus.
Sikap rendah hati memberikan pemaksaan kepada perawatt agar tahu apa yang
dilakukan perawat merupakan sebuah profesi dengan konsekuasi menjalankan
profesi tersebut dengan kesadaran yang tinggi, Penuh kesabaran dan kasih
sayang, serta sangat menghargai klien. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa mengharagai orang lain, biasanya
disadari oleh sikap rendah ahti yang kita miliki. Sikap rendah hatai pada
intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (custamer first antitude), sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui
kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri serta
mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun
disadarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat
menjadi seorang komunikator yang handal yang pada gilirannya dapat membangun
jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respek). Hal inilah yang dapat membangun
bangunan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
2.2
Kualitas
komunikasi efektif
Joseph de Vito, pakar
komunikasi menyebut ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan untuk
efektivtas sebuah komunikasi. Kualitas ini antara lain:
Kualitas komunikasi
|
Deskripsi
|
Openess
Suppertiveness
Positiviness
Emphaty
Equality
|
Adanya keterbukaan
Saling mendukung
Bersikap positif
Memahami perasaan orang lain
Kesetaraan
|
Selain
itu komunikasi efektif harus dibangun berdasarkan hubungan interpersonal yang
efektif. Menurut Roger, hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif
apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut:
1. Ketemu
satu sama lain secara personal.
2. Empati
secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami
satu sama lain secara berarti.
3. Menghargai
satu sama lain, bersikap positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.
4. Menghayati
pengalaman satu sama lain dengan bersungguh-sungguh, bersikap menerima dan
empati satu sama lain.
5. Merasa
bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung, serta mengurangi
kecenderungan gangguan arti.
6. Memperlihatkan
tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman terhadap yang
lain.
Namun sedemikian, yang paling mendasar
dalam sebuah kegiatan komunikasi adalah adanya rasa saling percaya. Setelah
terbina hubungan saling percaya, biasanya apapun yang dikatakan pastilah
diterima. Satu hal lainnya adalah efiensi, komunikasai yangefisien adalah
komunikaasi yang tidak membutuhkan upaya besar agar mencapai tujuannya. Perlu
dipahami bahwa untuk mendapatkan kualitas komunikasi yang efektif, hubungan
antara sesama harus lebih berfokus pada aspek-aspek manusiawi sehingga hal
tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan antar individu, akan tetapi di
antara keduanya terdapat hubungan yang erat, menginagat hubungan yang terjalin
membawa manfaat melalui kesepakatan bersama bagi kedua belah pihak.
Reon
Ladlow dan Ferguson Parton (1992,1996) berasumsi bahwa melalui kemunikasi
diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian
diantara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. ‘’keberhasilan
dalam mencapai ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh sifat dan mutu
informasi yang disampaikan dimana hal ini selanjutnya juga ditentukan oleh
pengertian, keterangan, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik, serta
tindakan’’ (Tubbs dan Moss, 1994). Komunikasi yang efektif akan memberikan
konstribusi terhadap produktivitas perbaikan pencapaian dan tujuan komunikasi.
Selain itu, sejumlah keuntungan-keuntungan penting dapat dicapai dimana seorang
akan berpengetahuan luas. Banyaknya informasi akan dapat memuaskan seseorang
manusia akan menjadi lebih baik dan produktif saat mereka memberikan waktu lebih
banyak untuk mengaplikasikan informasi. Bila saluran komunikasi terbuka, maka
keinginan-keinginan yang ingin disampaikan akan lebih mudah diketahui.
2.3.
Kualitas
Komunikator
Partisipasi
merupakan modal dasar unuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif. Karenanya
kemampuan komunikasi efektif. Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berbagi
ide, mengkritik dari semua aspek, endorong dan merangsang imajinasi, menolak
buah pikiran yang kurang tepat dan mengenal sejak dini solusi yang mungkin bisa
diambil.
Menilai Orang
|
Mengetahui mana
yang penting dan menghargai kontribusi orang lain.
|
Mendengarkan secara aktif
|
Berusaha keras memahami keinginan dan masalah orang
lain.
|
Bijaksana
|
Memberikan kritik secara halus, konstruktif dan
hormat.
|
Memberi pujian
|
Menghargai orang lain dan kontribusi mereka didepan
umum.
|
Konsisten
|
Mengendalikan suasana riang, memperlakukan semua
sama dan tidak ada yang favorit.
|
Mengakui kesalahan
|
Kemauan untuk mengakui kesalahan.
|
Memiliki rasa humor
|
Mempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan
yang enak.
|
Memberikan contoh yang baik
|
Melakukan apa yang diharapkan oleh orang lain.
|
Menggunakan bahasa yang jelas, lugas dan tepat
|
Kata-kata yang lazim, konkret, pemberian petunjuk,
yang menyentuh perasaan penyimak dan hindari kata-kata bercita rasa buruk,
kata-kata langsung.
|
Tabel
8.1 kualitas komunikasi efektif.
Ketika
erkomunikasi, kita pasti memiliki persepasi tertentu pada pendengar begitu pula
sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika
seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus
dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi
berpesan jika ingin berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang adalah know your audience. Katahuilah siapa
yang anda ajak bicara. “Seorang komunikator yang dialogis harus mencoba
mengenali dan memperkecil kecenderungannya terhadap manipulasi, keegoisan dan
objektivitas orang lain”. Cara mengingatkan efektivitas dalam mendengar adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan
perhatian.
2. Memahami
komunikasi verbal dan non verbal.
3. Meningkatkan
kemampuan dalam memahami simbol verbal dan non verbal dengan menambah referensi
pemahaman.
4. Menyimak
untuk menganalisa dan mengevaluasi.
5. Meningkatkan
keahlian menyimak antarpersonal.
2.4.
Syarat
komunikasi efektif
Dapat dipercaya (credible)
Dalam
arti secara harfiah, credible diartikan seseorang mempunyai kelebihan dan
merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator atau sebaliknya.
Hal ini disebabkan oleh posisi dan kedudukan stata sosiokultural tertentu
sangat memengaruhi pengakuan dan kredibilitas seseorang. Menurut cangara H
(2004), credibility diartikan sebagai seperangkat persepsi tentang
kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti
khalayak atau penerima.
Kelebihan-kelebihan tersebut mampu memikat khalayak sehingga mau mendengarkan
pembicaraannya, mempercayai pembicaraannya dan melaksanakan pesan yang telah
disampaikan. Komunikator dikatakan credible apabila memenuhi syarat berikut ini
:
1. Kompetensi
merupakan penguasaan ilmu luas yang dimiliki oleh komunikator pada masalah yang
dibahasnya. Hal ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan bidang
keilmuan yang dikuasai. Seorang perawat akan efektif menjelaskan tentang ilmu
keperawatan daripada seorang akuntan, walaupun seorang akuntan berpendidikan
strata sangat tinggi. Dengan penguasaan ilmuyang dimiliki seorang akan
menghadikan argumentasinya lebih jelas dan lebih detail dalam menjelaskan suatu
masalah. Selain penguasaan materi harus dimiliki, seorang komunikator juga
perlu melengkapi diri dengan keterampilan komunikasi ()commucations skills)
terutama keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
2. Sikap
merupakan karakter pribadi sebagai penguatan sehingga pembicaraannya dipercayai
oleh khalayak (penerima pesan). Seserang yang mudah berubah prinsip akan sangat
erbeda dengan orang yang tegar dalam berprinsip. Kebimbangan pada penerima
pesan terjadi karena komunikator tidak mempunyai pendirian yang tetap sehingga
membingungkan pendengar. Berprinsip berarti menyampaikan pesan sesuai dengan
yang apa diketahinya tanpa menambah dan mengurangi isi pesan.
3. Tujuan.
Inti dari adanya komunikasi adalah terjadinya perubahan perilaku sehingga apa
yang disampaikan seharusnya mempunyai tujuan yang baik. Bentuk komunikasi yang
dilakukan perawat akan menghasilkan perubahan perilaku dari perilaku desdruktif
menjadi perilaku yang konstruktif.
4. Kepribadian.
Suasana hangan dan bersahabat dengan memperhatikan kultur setempat saat
menyampaikan isi pesan akan membawa khalayak atau penerima pesan larut dalam
pembicaraannya. Suasana tersebut mengahadirkan keterikatan suasana emosional
dalam diri pendengar sehingga membangkitkan motivasi dalam menelaah semua isi
pembicaraannya.
5. Dinamis
merupakan kualitas dari isi pesan yang mampu menarik perhatian khalayak atau
penerima pesan. Isi pesan sangat menoton atau membosankan akan sangat beresiko
terhadap eksistensi dan khalayak untuk mau medengarkan, dan ini akan mengganggu
kredibilitas dari pembicara. Memilih isi pesan
yang akan disampaikan dengan memperhatikan khalayak sangat diperlukan
dalam menjaga dinamika dalam berkomunikasi.
Konteks (context)
Pesan
yang akan disampaikan hendaklah sesuai dengan kepentingan sasaran. Materi yang
konteksual berarti materi yang disampaikan didesain untuk memeuhi kepentingan
sasaran yang berarti bahwa materi yang akan disampaikan sesuai dengan yang
dibutuhkan saat ini. Pemilihan materi pesan yang akan disampaikan tergantung
dari bagaimana perawat menyimpulkan sebuah rumusan masalah sehingga muncul
diagnosa keperawatan dan dari diagnosis keperawatantersebut perawat memulai
menyusun materi. “klien dengan masalah
keperawatn peningkatan suhu tubuh, maka materi yang akan disampaikan adalah
bagaimana cara mengompres yang benar sehingga dapat menurunkan suhu tubuh”.
Oleh karena itu, klien dan perawat harus bekerjasama dengan baik dengan situasi
yang sangat mendukung dalam proses transfer learning tersebut. Situasi yang
dibutuhkan dalam proses transfer learning tersebut antara lain adalah konsentrasi
tinggi yaitu bagaimana komunikan memfokuskan pada salah satu topik yang
dibicarakan dengan membebaskan seluruh pikiran yang mengganggu. Atensi yaitu
mendengarkan dengan penuh perhatian yang maksimal dengan lingkungan yang nyaman
dan kondusif.
Isi (content)
Isi
materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi. Hal ini sesuai dengan tujuan
komunikasi yang akan dilakukan, dengan harapan akan memberikan efek positif
yaitu terjadinya perubahan perilaku dari komunikan. Oleh karena itu, isi materi
sebaiknya bersifat menarik. Untuk diikuti atau di simak. Kemampuan yang harus
dimiliki oleh komunikator adalah bagaimana seorang komunikator menyegmentasikan
isi pesan kedalam komunikan. Kesesuaian isi pesan dengan komunikan, menjadikan
isi pesan menjadi menarik untuk didengar. Suryani (2006) berpendapat bahwa
materi yang akan disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaan bagi
sasaran.
Kejelasan
(clarity)
Selain harus dapat
dimengerti dan diterima, maka kejelasan dan pesan itu sendiri perlu dipertegas
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Hal tersebut penting karena kesalahan penafsiran dapat menimbulkan
berbagai penafsiran yang menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat
pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka atau tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim
kita. Tidak adanya keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga dan
kemudian akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim.
Kesinambungan dan
konsistensi (continuity and consistency)
Pesan yang
disampaikan sebaiknya konsisten dan berkesinambungan serta tidak menyimpang
dari topik ataupun tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Apabila terlalu
menyimpang, maka akn kembali ke konteks semula seperti yang telah dibicarakan
sebelumnya. Satuan acara pembelajaran merupakan salah satu cara agar
penyampaian pesan tidak menyimpang dari topik karena proses pemelajaran sudah
dirancang dari awalbaik sasaran, tema, maupun waktu termasuk didalamnya
kegiatan pembicara dan respons atau umpan balik dari pendengar sehingga
konsistesi tetap terjaga.
Saluran (chanel)
Saluran
yang disampaikan dlam komunikasi sesuai dan memungkinkan penerimaan yang baik
dan cermat oleh komunikan. Pada seseorang dengan gangguan bicara karena adanya
gangguan fungsi syaraf, maka saluran yang dipakai adalah dengan menulis di
kertas, dan sebagainya. Intinya saluran yang akan digunakan disesuaikan dengan
kondsi saat ini termasuk menggunaka alat atau tidak. Pada penyuluhan sebaikya
menggunakan flip chart.
Kapasitas sasaran
(capability of audience)
Sasaran dan teknik
penyampaian pesan disesuaikan dengan kemampuan penerimaan sasaran, sedangkan pesan
itu sendiri tidak membingungkan. Oleh karena beriorientasi pada kepentingan
sasaran, materi yang dipersiapkan harus memandang karakteristik dari komunikan
antara lain bahasa yang biasa digunakan, tingkat pendidikan, agama serta
kondisi emosi saat ini dan sosial budayanya. Di samping it, komunikator juga
harus memperhatikan situasi dan kondisi. Hal ini dikarenakan dalam proses
komunikasi situasi dan kondisi sangat dibutuhkan dalam proses transfer
learning.
2.5.
Kiat
komunikasi yang efektif
Komunikasi
keperawatan merupakan wahana utama dalam praktek keperawatan yang dilakukan
antara :
1. Perawat-klien
2. Perawat-keluarga-klien
3. Perawat-perawat
4. Perawat-petugas
lain yang tekait
Tahap orientasi
dari komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
1.
Pra
Interaksi
a. Merupakan
masa apersepsi dimana terjadi pencerapan dari hasil renungan untuk menata
kata-kata yang akan diucapkan
b. Merupakan
masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain
c. Perawat
perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan dan pengalaman yang dimiliki terkait
dengan percakapan yang akan dilakukan.
1) Bila
tidak siap
a) Membaca
standar atau literatur
b) Berdiskusi
dengan teman, atasan ataupun supervisior
2) Bila
sudah siap
a) Membuat
rencana interaksi atau komunikasi dengan orang lain.
Hal-hal
yang perlu dipersiapkan atau dilakukan pada tahap pra-interaksi adalah sebagai
berikut :
a. Evaluasi
pada diri sendiri
1) Pengetahuan
dan kemampuan tentang kondisi klien
2)
Apa saja yang diucapkan saat bertemu
3) Respons
selanjutnya atau tindak lanjut yang akan dilakukan
4) Mengingat
kembali pengalaman yang baik maupun pengalaman yang tidak baik
5) Evaluasi
tingkat kecemasan
b. Penetapan
tahapan interaksi atau hubungan
1) Tujuan
pertemuan, spesifik, dapat diukur (measurable) dapat di raih (achieveable),
realitas dan memiliki waktu atau time.
2) Tindakan
yang akan dilakukan
3) Cara
melakukan
c. Rencana
interaksi
1) Rencana
percakapan tertulis
2) Teknik
komunikasi
3) Teknik
observasi
4) Langkah-langkah
tindakan yang akan dilakukan disesuaikan dengan standart operasional prosedur.
2.
Perkenalan
Merupakan kegiatan
yang dilakukan pada saat pertama kali bersama atau kontak dengan orang lain.
Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Salam
terapeutik yang disertai dengan perkenalan.
1) Sapa
klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan
diri dengan sopan, baik nama lengkap maupun nama panggilan yang disukai.
3) Mengulurkan
tangan untuk bersalaman
4) Tanyakan
nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
5) Jelaskan
tujuan pertemuan
6) Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Jujur
dan menepati janji
Contoh
perkenalan pada pertemuan yang pertama :
“selamat
pagi bu, kenalkan nama saya suster M.E Ideputeri, saya biasa di panggil suster
M.E.
Saya
akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa, saya bisa memanggil ibu apa ?
b. Evaluasi
validasi
1)
Menanyakan
perasaan-perasaan yang dirasakan.
2)
Menanyakan kondisi
emosional yang dialami saat ini.
Contohnya
: “bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
c. Kontrak
Kegiatan
dalam konrak meliputi kontrak topik, waktu, dan tempat. Pada pertemuan yang
pertama kegiatan dalam kontrak ini untuk menentukan kesepakatan bersama topik
apa yang akan didiskusikan, tempatnya di mana, dan kapan pelaksanaanya. Setelah
tercapai kesepakatan perawat dan klien akan memulai diskusi. Contoh percakapan
kontrak yang dilakukan pertama kali bertemu adalah sebagai berikut:
1) Topik
“apa
yang membuat ibu atau bapak atau adik sehingga datang ke rumah sakit?”
“apa
yang terjadi di rumah sehingga bapak atau ibu membawa keluarganya ke rumah
sakit ?”
2) Waktu
”bagaimana
kalau kita bercakap-cakap sebentar ?”
“bagaimana
kalau kita bercakap-cakap tepat pukul 10.00 WIB?”
3) Tempat
“tempatnya
yang enak dimana?”
“bagaimana
kalau di tempat tidur ibu atau bapak atau adik saja?”
Akan tetapi, bila kegiatan komunikasi ini
merupakan pertemuan yang kedua dan seterusnya, maka kegiatan yang dilakukan
adalah mengingatkan kembali kontrak yang telah disepakati pada akhir pertemuan
yang pertama atau yang terdahulu. Contoh percakapan pada pertemuan yang kedua
dan seterusnya adalah sebagai berikut :
4) Topik
“bu...
sesuai dengan janji yang kemarin, hari ini kita akan membicarakan nyeri yang
ibu rasakan, menurut ibu bagaimana ?”
5) Waktu
“waktu
yang disepakati kemarin pukul 10.00 WIB, menurut ibu bagaimana?”
“bagaimana
kalau waktunya tepat pukul 10.00 WIB saja sesuai dengan janji yang kemarin?”
6) Tempat
“kemarin
tempat yang ditentukan untuk bercakap-cakap di tempat tidur ibu, menurut ibu
bagaimana?”
Apabila
kontrak yang telah disepakati ternyata ada halangan karena sesuatu hal, perawat
harus tetap datang ke klien sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dan
membuat kontrak baru. Hal ini dilakukan agar klien tetap percaya kepada perawat
baik dipandang dari sudut kapasitas dan kemampuan.
3.
Orientasi
a. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan
apa yang dirasakan menyangkut keluhan yang dirasakan.
2) Menanyakan
mengapa klien sehingga datang ke tempat pelayanan.
3) Menanyakan
kejadian yang terjadi baik saat ini maupun masa lampau.
4) Sering
menggunakan teknik komunikasi konfrontasi, validasi dan presenting reality.
5) Kontrak
b. Topik
Merupakan
pokok bahasan yang akan dibicarakan dan disampaikan yang berkaitan dengan
tindakan yang akan dilakukan. Dalam hal ini komunikasi dilakukan dengan
menggunakan teknik komunikasi focussing yaitu berorientasi pada masalah utama
atau keluhan utama untuk menghindari pelanggaran batas dalam berkomunikasi
(impasses communication)
c. Waktu
Merupakan batasan waktu yang disediakan
saat akan dilakukan komunikasi yang disampaikan dengan jelas dan dilaksanakan
dengan tepat waktu. Untuk memulai komunikasi dan mengakhiri, perawat harus
merujuk pada kontrak waktu, untuk itu perawat dalam berkomunikasi perlu
memperhatikan manajemen waktu.
d. Tempat
Disesuaikan
dengan situasi dan kondisi klien saat itu. Tempat diusahakan mencari tempat
representatif, jauh dari gangguan (noice).
4.
Kerja/Implementasi
Fase
kerja merupakan inti hubungan perawat dan klien yang terkait erat dengan
pelaksaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
Tujuan
tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan
pengertian dan pengenalan klien akan tindakan yang akan dilakukan, tujuan
tindakan keperawatan, dampak yang terjadi bila klien menolak atau tindak
kooperatif dalam tindakan keperawatan, perasaan yang dihadapi dan
pikiran-pikiran yang mengganggu. Tujuan ini sering disebut sebagai tujuan
kognitif dalam tindakan keperawatan.
b. Mengembangkan,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien untuk penerimaan diri dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan harapan ada kerjasama yang baik
antara klien dan perawat dalam menyelesaikan masalah klien.
c. Melaksanakan
pendidikan kesehatan
d. Melaksanakan
teknikal keperawatan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada.
e. Melaksanakan
tindakan kolaborasi.
f.
Melaksanakan observasi
dan monitoring.
Dalam
melaksanakan teknikal keperawatan perawat perlu melihat dulu acuan tindakan
keperawatan yang telah ada di ruangan. Biasanya disetiap ruangan mempunyai
Standart Operasional Prosedur. Agar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan
dengan benar dan tepat dengan tingkat penerimaan yang tinggi dari klien, dalam
melaksanakan tindakan perawat selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan
pasien. Prinsip pada tahap ini adalah perawat menggunakan diri secara
terapeutik yang tampak dari teknik komunikasi terapeutik dan sikap terapeutik
dalam pelaksanaan langkah-langkah tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.
5.
Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan, dimana
perawat mengakhiri proses interaksi dengan harapan klien mengetahui bahwa
hubungan yang dilakukan tersebut sebatas hubungan profesional antara perawat
dan klien. Ada dua macam dari terminasi yaitu : pertama, terminasi sementara
merupakan akhir dari tiap pertemuan, contohnya dinas pagi melakukan terminasi
sebagai operan dengan dinas siang, dst. Kedua, terminasi akhir yaitu terminasi
yang dilakukan setelah klien keluar dari rumah sakit, (pulang sembuh atau
pindah rumah sakit)berisi penyampaian pesan meliputi seluruh kegiatan yang akan
dilakukan di rumah (discharge planning), antara lain sebagai berikut :
a. Jadwal
kontrol
b. Kegiatan
yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
c. Tindak
lanjut rehabilitasi
d. Obat-obatan
yang perlu dilanjutkan maupun obat yang dihentikan.
e. Kontrol
sewaktu-waktu bila ada yang membahayakan tidak perlu menunggu jadwal yang telah
ditetapkan.
Contoh percakapan
strategi pelaksanaan tindakan pemasangan infus :
1) Selamat
pagi pak, kenalkan nama saya suster Meltiana Ide Puteri, saya biasa dipanggil
suste melti, nama bapak siapa, dan saya bisa memanggil bapak apa ?
2) Boleh
pak, saya memeriksa bapak sebentar, mungkin hanya 10 menit saja dan
memeriksanya cukup disini saja.
3) Bagaimana
perasaan bapak hari ini ?
4) Apa
yang dirasakan bapak hari ini ?
5) Bagaimana
dengan kejadian semalam / tadi ?
6) Berapa
kali beraknya ?
7) Beraknya
bagaimana, apakah cair atau berlendir atau masih ada ampasnya ?
8) Apa
yang dirasakan apak hari sesuai dengan pengamatan saya bahwa bapak hari ini
tampak pucat dan lelah sekali yang menandakan bapak kekurangan cairan.
9) Karena
cairan yang dibutuhkan sangat mendesak, maka jalan satu-satunya adalah dipasang
infus.
10) Tujuannya
agar kondisi bapak yang lemah akibat kekurangan cairan tertasi dan tidak lemas
lagi
11) Menurut
bapak bagaimana ?
12) Kalau
bapak setuju, mohon bapak persiapkan diri dan saya mengambil alatnya.
13) Pak,
memasang infus caranya dengan menusukkan jarum kecil di lengan kanan untuk
jalan infus.
14) Nah,
kalau begitu tolong persiapkan lengan kanan bapak dan saya mempersiapkan
peralatan infusnya.
15) Pak,
kami memulai menusukkan jarumnya dan tolong apak santai saja.
16) Tolong
bapak menggenggam tangn dan tetap santai, jangan kaku.
17) Ikuti
pergerakan saya ya, pak
18) Nah,
infusnya sudah masuk dan tolong jangan bergerak dulu ya, pak
19) Saat
ini tetesan berjalan lancar, bila menetesnya tidak sesuai dengan saat ini
tolong keluarga bapak lapor ke perawat, tetapi jangan khawatir setiap jam kami
akan lihat.
20) Tolong
klemnya jangan dibuat main-main ya pak
21) Sementara
ini tangannya diluruskan saja ya pak, biar tetesannya tetap lancar
22) Dan
jangan lupa pada pukul 12.00 WIB Bapak ada jadwal periksa darah. Nanti pukul
12.00 WIB tersebut bapak akan diambil darahnya sedikit untuk bahan periksa.
23) Sudah
ya pak, selamat beristirahat.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Yang paling penting dalam
komunikasi efektif bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan,
tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima
pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita di bangun dari teknik hubungan
manusia yang dangkal (etika kepribadian) dan bukan dari diri kita yang paling
dalam (etika karakter), orang lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi
syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kukuh yang di bangun
dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Kita bisa menggunakan analogi
syistem pelayanan keperawatan di unit pelayanan kesehatan yang ada, seperti
puskesmas, rumah sakit, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.
3.2.
saran
Supaya mahasiswa mampu berkomunikasi
efektif yang benar dalam keperawatan. Dan komunikator dapat memahami etika
kepribadian atau karakter dari komunikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alder,
Ronald B.,Lawrence B, Rosenfeld, dan Russel F.2004.Proctor II. Interplay: The Process Of Interpersonal Communication. Edisi ke-9. New york:
Oxford University Press.
Arifin,A.(2002).
Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas.Jakarta.Rajawali
Suryani.(2005).Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktek.Jakarta.EGC
Djuansa,sasa.(1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar