Senin, 04 Desember 2017

MAKALAH Komunikasi efektif dalam keperawatan



MAKALAH
Komunikasi efektif dalam keperawatan



Dosen pengampu: Zuryati, S.kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh:
Amin Zakki           16142010050
Fitri Fariani           16142010060
Fiki Fendy             16142010059
Farico Misyaf P     16142010058
Nanda Prata Putra  16142010071
Noning Anggraini  16142010074
Siti Sifaturrohmah 16142010081




STIkes NGUDIA HUSADA MADURA
2017-2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari kelompok 5 yang telah bekerja sama dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                                               
                        penulis














DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................................................................... i
Daftar isi.............................................................................................................................. ii
BAB 1
PENDAHULAUAN
Latar belakang................................................................................................................... 1.1
Rumusan masalah.............................................................................................................. 1.2
Tujuan................................................................................................................................ 1.3
Manfaat.............................................................................................................................. 1.4
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi efektif dalam keperawatan............................................................................. 2.1
Kualitas komunikasi efektif............................................................................................... 2.2
Kualitas komunikator......................................................................................................... 2.3
Syarat komunikasi efetif.................................................................................................... 2.4
Kiat komunikasi efektif..................................................................................................... 2.5
BAB III
PENUTUP Kesimpulan....................................................................................................................... 3.1
Saran................................................................................................................................. 3.2
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar belakang
Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat sebagai petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok ataupun komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.
Komunikasi dalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain. Karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah berfikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga merupakan sebuah makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak kesedihan seorang suami yang ditinggal mati istrinya. Komunikasi menyampaikan informasi dan merupakan suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.





1.2.   Rumusan masalah
1.      Apa saja tahap-tahap komunikasi efektif dalam keperawatan?
2.      Bagaimana cara memperoleh kualitas komunikasi efektif?
3.      Bagaimana cara menilai kualitas komunikator?
4.      Apa saja syarat komunikasi efektif?
5.      Bagaimana tahap orientasi kiat komunikasi yang efektif?

1.3.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui tahap-tahap komunikasi efektif dalam keperawatan
2.      Untuk mengetahui cara memperoleh kualitas komunikasi efketif
3.      Untuk mengetahui cara menilai kulaitas komunikator
4.      Untuk mengetahui syarat komunikasi efektif
5.      Untuk mengetahui tahap orientasi kiat komunikasi yang efektif

1.4.   manfaat
Mensimulasikan komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan tenaga kesehatan yang lain.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Komunikasi efektif dalam perawatan
No man is the lord of anything, though in and of bim there be much consisting till be communicate his parts to others. Disinilah tempat pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi efektif karena merupakan salah satu keterampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan diri kita baik secara personal maupun profesional. Paling tidak kita dapat menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam berkomunikaasi yaitu: menulis dan membaca (bahasa tulisan) serta mendengar dan membicara secara lisan. Bayangkan betapa sewaktu-waktu kita setiap detik dan setiap saat kita habiskan untuk mengerjakan setidaknya salah satu dari keempat hal itu. Oleh karena itu kemampuan untuk mengerjakan keterampilan dasar komunikasi tersebut dengan baik mutlak diperlukan demi efektifitas dan keberhasilan kita. Komunikasi efektif terjadi bila dalam komunikasi menghasilkan persamaan persepsi sehingga tidak menimbulkan multi tafsir dan multi interpretasi dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.
          Menurut Stephen Covey (1997), komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar waktu disaat kita sadar untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan cara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana bicara efektif, apalagi bagaimana dengan menjadi pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir yaitu keterampilan untuk mendengar, tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik disekolah formal maupun pendidikan informal lainnya. Bahkan menurut Covey (1997), hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Sebagian besar pelatihan tersebut adalah teknik etika kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pemahaman kita terhadap keberadaan orang lain. Stephen Covey menekankan konsep saling ketergantungan (interdependency) untuk menjelaskan hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita di bangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian) dan bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kukuh yang di bangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Kita bisa menggunakan analogi syistem pelayanan keperawatan di unit pelayanan kesehatan yang ada, seperti puskesma, rumah sakit, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya
         
Jika klien mendepositokan kepercayaan (truss) kepada petugas kesehatan, maka akan tergammbar dalam perasaan aman yang di miliki klien ketika kita berhubungan dengan petugas kesehatan. Coba kita lihat seorang penderita penyakit jantung yang berobat ke dokter yang sudah terkenal kemahirannnya. Klien dengan setia menunggui walaupun pelayanannya agak lama, klien mendepositokan kepercayaannya kepada dokter ahli jantung tersebut, karena dokter tersebut di percayai mampu mengatasi permasalahan penyakit jantungnya. Jika kita meletakkan deposit kepercayaan rekening bank emosi melalui integritas yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran,dan memenuhi setiap komitmen, berarti akan menambah cadangan kepercayaan kepada orang lain kepercayaan kita lebih tinggi, dan dalam kondisi tertentu, jika kita melakukan kesalahan, maka masih dapat memahami dan memaafkannya, karena masih ada mempercayai. Ketika kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif. Covey (1997) mengusulkan enam deposito utama yang dapat menambah rekening bank emosi dalam hubungan kita dengan sesama.
1.      Berusaha benar-benar mengerti orang lain.
Ini adalah dasar dari apa yang di sebute mphatetic communication atau komunikasi empatik. Ketika kita berkomuniasi dengan orang lain, kita biasanya ‘’ berkomunikasi’’ dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius dalam membangun hubungan yang baik, kita mungkin berpurapura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya atau kita membangun komunikasi yang penuh perhatian, tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita. Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain memahami karakter, dan maksud tujuan atau peran orang lain. Mengerti klien dan keluarga merupakan syarat utama dalam mengaplikasikan konsep keperawatan. Perawat harus mempunyai instusi yang kuat kapan berkomunikasi dengan klien dan keluarga. Perawat harus mempeljari dulu karakteristik klien, keluarga, dan mungkin karakteristi lingkungan sekitar sebelum membangun komunikasi yang penuh perhatian dengan klien dan keluarga bebas untuk mencerikan keluhannya dalam rangka mendapatkan data atau masalah yang alami dan aktual.
2.      Kebaikan dan sopan santun yang kecil bagitu penting dalam suatu hubugan, karena hal-hal yang kecil merupakan hal-hal yang besar.
‘’kenalilah yang kecil-kecil agar kamu menjadi besar ‘’ kalimat tersebut menggambarkan adanya suatu usaha akan berhasil apabila selalu memikirkan yang kecil-kecil terlebih dahulu. Hubungan antara klien dan perawat akan efektif apabila perawat selalu memikirkan efek yang terjadi saat berkomunikasi adanya keretakan hubungan klien dan perawat biasanya didahului dengan masalah yang kecil-kecil atau masalah yang sederhan. Dengan demikian untuk menjadikan sesuatu yamg besar tentunya di mulai dengan yang kecil-kecil dulu. Koereksi terhadap diri sendiri melalui komunikasi intrapersonal dengan merenungi tingkah laku yang telah di lakukan terhadap orang lain menjadikan perawat mengerti akan sopan santun dan tatakrama yang menjadi ciri yang fital bagi perawat.
3.      Memenuhi komitmen atau janji adalah keuntungan besar dan melanggar janji adalah kerugian yang besar.
Pendek kata melaksanakan komitmen merupakan cadangan kepercayaan yang sangat tinggi dalam membangun hubungan simbosis mutualisme. Dengan memegang komitmen yang kuat, maka suatu usaha tidak akan lepas dan hal itu merupakan nilai dari infestasi yang akan menghasilkan sebuah kesempatan dan keuntungan yang besar. Demikian juga dalam memberikan pelayanan keperawatan kapada klien, peawat juga harus memegang komitmen yang kuat.
          Kita sadari bahwa dalam memberikan pelanan keperawatan konsep dasar pelayanan keperawatan ini tampak sederhana, namun mengandung makna yang kuat kontrak yang jelas, baik kontrak topik, waktu, dan tempat yang akan di tentukan dalam memberikan pelayanan keperawatan merupakan syarat yang mutlak untuk membangun komitmen yang baik dalam membina menghungkan saling percaya.
          Komunikasi akan efektif bila perawat tidak melanggar janji yang telah di tentukan, mengingat klien yang berada di tempat pelayanan kesehanatan sudah menyandarkan diri dan pasrah kepada petugas kesehatan dalam upaya penyembuhan penyakit, di mana perhatian yang penuh selalu di nantikan. Hal ini penting untuk menjaga hubungan saling percaya karena perawat dinilai bertanggung jawab dengan apa yang telah diputuskan.
4.      Memjelaskan harapan
Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Apabila tujuan yang akan di capai tidak bisa di laksanakan dengan baik atau sebaliknya tindakan yang di lakukan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, maka harapan tidak akan tercapai. Harapan merupakan awal dari rasa kepuasan. Rasa puas yang di terima klien merupakan modal yang sangat berharga dalam pencapaian tujuan pelayanan keperawatan semakin banyak klien memercayai perawat yang merawat klien tersebut maka akan terjaidi efek domino, di mana klien melalui komunikasi mouth to mounth akan menyebarkan pelayanan yang di berikan kepada khalayak ramai sehingga akan banyak masyarakat mempercayai jasa pelayanan yang di berikan kepada klien tersebut.
5.      Meminta maaf dengan tulus ketika anda membuat penarikan atau kesalahan.
Meminta maaf bukan berarti kekalahan akan tetapi akan merupakan upaya untuk memperbaiki kesalahan yang mutlak bukan kekalahan jadi, dapat di katakan meminta maaf di lakukan dalam rangka untuk memperbaiki hubungan yang telah renggang untuk mencapai hubungan yang efektif. Seseorang yang meminta maaf masih terus menjalini kesalahannya karena merupakan bentuk pengingkaran terhadap nilai-nilai positif dari sebuah kondisi yang esensial, yang berdampak pada kecelakaan. Dalam pelayanan keperwatan, salah bicara mungkin lebih ringan resikonya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tindakan keperawatan sedikit mungkin perawat meminimalisasi kesalahan agar tidak terjadi kondisi yang fatal.
6.      Memperlihatkan integritas pribadi.
Integritas pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito yang berbeda. Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau timwork tanpa ada kepercayaan (trust) dan tidaka akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekedar kejujuran (honesty). Integritas bersifat aktif,sedangkan kejujuran bersifat pasif.
          Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut yang perlu diperhatikan adalah 5hukum komunikasi yang efektif (the five inevitebel laws of eff ective comunication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata dimana mencirminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu reach, yang berarti menempuh atau meraih. Karena sesumgguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. Kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
Respect
Sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Jika kita harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Bagaimanapun bentuk marah kita kepada seseorang akan kita lakukan dengan tetap menghargai orang itu sebab yang kita marahi itu bukan orangnya, akan tetapi yang kita marahi adalah perilakunya yang kurang baik. Hal tersebut dengan harapan perilakunya berubah menjadi lebih baik sehingga kita tidak canggung lagi untuk berkomunikasi pada masa-masa yang akan datang.
          Jika kita membangun komunikasi dengan bahasa dan sikap saling menghargai dan saling menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergis yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim bahkan menurut bahaguru komunikasi Dale Carnegy dalam bukunya how to win friends and influense people, rahaisa terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus.
          Cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus. Penghargaan yang diberikan bisa dlam bentuk material maupun inmaterial. Tindakan memberikan penguatan positif atasa hal-hal yang mampu dilakukan dengan baik oleh bawahan merupakan bentuk respek dari atasan kepada bawahan, terlebih lagi, ada insentif yang merupakan bentuk respek/penghargaan dalam bentuk material.



Empathy
Kemampuan kita untuk menempatkan kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan manusia yang sangat efekti, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru mengerti. Inilah yang disebutnya dengan komunikasi empatik.
          Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu, dalam ilmu pemasaran memahami prilaku konsumen merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan, dan kesenangan dari konsumen. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseftif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Oleh karena itu, dlam kegiatan komunikasi diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.
Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika diterima oleh penerima empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik , maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh pemerima pesan. “adalah pendengar yang menentukan bagaimana sebaiknya sebuah pesan dimengerti”. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian rupa sampai dapatditerima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal, hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan,.
        Dari sisi delivery channel, penggunaan teknologi bisa membantu melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga diterima oleh jauh lebih banyak orang, ini yang disebut sebagi kerja cerdas. Misalnya saja, dengan menggunakan internet. Adapun hal-hal yang sering terjadi adalah karena ketidakmampuan seorang penyampai dalam:









1.      Berkomunikasi sesuai tingkatan bahasa para pendengarnya.
Seorang klien yang belum pernah mengenyam pendidikan baik formal maupun non-formal tentunya akan kesulitan mengerti pembicaraan dengan bahasa medis maupun bahasa kedokteran yang berbicara menggunakan istilah-istilah terkniknya. Tentunya dalam berkomunikasi diselaraskan dengan tingkat pendidikannya, yang terpenting bagaimana pesan itu dimengerti oleh penerima pesan tanpa adanya salah tafsir atau salah mempersiapkan arti sebuah kata. Kata-kata akan lebih penting dari pada teks karena hanya mengacu pada seni berkata. Selain itu, kata-kata akan mudah dipahami apabila berbicara secara saderhana dengan bahasa lawan bicara.
2.      Mengerti keinginan arah pembicaraan dari pada pendengarnya.
Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan mengenai permasalahan bagaimana merawat dan mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga. Hal ini berarti juga berlaku saat kita berkomunikasi dengan orang sakit, pseharusnya pembicaraan yang dilakukan berkisar bagaimana cara menghadapi sakit, serta bagaimana agar keluhan yang dirasakan cepat teratasi termasuk bagaiman agar keluhan dan penyakit yang dirasakan cepat teratasi. Teknik memfokuskan merupakan saran yang tepatuntuk dijadikan acuan bagaimana pembicaraan diarahkan pada arah arah pembicaraan dari para pendengarnya. Hanya satu topik yang dibicarakan membuat pendengar, dalam hal ini klien, akan memusatkan perhatian serta berkonsentrasi dalam mengikuti proses dialog, ini berarti tujuan untuk komunikasi ini hampir tercapai karena sudah ada kesepakatan interpersonal.
3.      Mengerti kels sosial para pendengarnya.
Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada pembicaraan seorang pialang mengenai perdagangan saham. Dalam berkomunikasi dengan klien juga perlu diperhatikan hal tersebut. Dalam klien dengan pendidikan yang rendah, perawat tidak mungkin menjelaskan tata cara perawatan sampai detail cukup dijelaskan yang sederhana tanpa mengurangi kualitas pelayanan keperawatan. Saat kita berkomunikasi dengan klien, kita juga harus melihat kualitas klien. Perawat seharusnya menghindarkan bahasa medis atau bahasa asing bila berkomunikasi dengan klien. Oleh karena itu agar pesan itu tersampaikan dengan baik sebaiknya perawat mengomunikasikan pesan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak tertutup kemungkinan memaki dengan bahasa jawa yang dalam adat jawa kurang sopan.perawat menggunakan bahasa jawa yang terkesan tidak sopan untuk ukuran berkomunikasi dengan sesama suku jawa tidak ada unsur yang menyepelekan atau meremehkan, tetapi dengan suatu tujuan bagaimana pesan itu dimengerti.
Contohnya pada saat perawat menjelaskan cara memberikan kompres dingin. Perawat cukup menjelaskan bagaimana cara mengompres dingin dengan menjelaskan agar panasnya cepat turun.

4.      Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya.
Seorang ahli presentasipun akan sangat kesulitan menembus dan mengubah “kekbalan” (keras kepala) pendapat seorang individu apalagi kelompok masyarakat yang menginsumsi makanan pokok nasi menjadi gandum, kentang atau lainnya walaupun didukung “bukti-bukti dan alasan yang kuat dan benar”. Dalam komunikasi persuasif, kekebalan pendapat ini merupakan kendala yang sulit untuk diubah. Kekbalan pnedapat ini berkaitan dengan kenyakinan yang memiliki dan biasanya ada kebiasaan yang diturunkan atau kebiasaan yang turun menurun. Kebasaan yang diturunkan berkaitan dengan kenyakinan yang dimiliki dan biasanya ada kebiasaan yang diturunkan atau kebiasaan yang turun menurun. Kebiasaan yang diturunkan baisanya dikaitkan dengan pengalaman yang diterima dan dimiliki, sedangkan kebiasaan yang turun menurun memang sudah merujuk dari adat kebiasaan dari nenek moyangnya. Contoh kebiasaan yang siturunkan adalah kebiasaan minum air mentah yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat meyakinin bahwa minum air mentah tidak akan mengganggu kesehatan karena ada pengalaman yang dia lihat saat orang yang minum air mentah tetap sehat-sehat saja sehingga dai menyakini bahwa minum air mentah itu tidak berbahaya atau tidak menimbulkan penyakit. Namun demikian, sekuat-kuatnya kebiasaan itu dipegang oleh masyarakat. Hal ini disebabkan kebiasaan tersebut  memang membahayakan kesehatan masyarakat dan itu memeng harus diubah. Karena minum air mentah dapat menyebabkan diare.
    Kunci utama untuk dapat menerapkan hukum ini dalam mengirim pesan adalah sebagai berikut:
1.      Buat pesan anda untuk dimengerti.
2.      Fokus pada informasi yang penting.
3.      Gunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan tersebut.
4.      Taruhlah perhatian pada fasilitas yang ada dan lingkungan disekitar anda.
5.      Antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul.
6.      Selalu menyiapkan rencana atau pesan cadangan.
Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah penjelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena kesalahan tafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan) sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Apabila tidak ada keterbukaan atau timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasmu kelompok atau tim kita. Bebrpa cara untuk menyiapkan pesan agar jelas adalah sebagai berikut.
1.      Tentukan tujuan yang jelas .
2.      Luangkan waktu untuk mengorganisasikan ide kita.
3.      Penuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang kita pakai.
4.      Buat pesan anda yang jelas, tepat, dan menyakinkan.
5.      Pesan yang disampaikan harus fleksibel.
Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati (humble). Sikap rendah hati yang dimiliki perawat bertujuan agar klien tidak merasa rendah diri, menolak komunikasi, dan seallu peduli dengan perawat. Rendah diri bisa diartikan menyejajarkan respon emosi peraat dan klien sehingga didapatkan saling mengerti dan menghargai sebagai manusia yang punya perasaan yang sama dalam berenspon denga stimulus. Sikap rendah hati memberikan pemaksaan kepada perawatt agar tahu apa yang dilakukan perawat merupakan sebuah profesi dengan konsekuasi menjalankan profesi tersebut dengan kesadaran yang tinggi, Penuh kesabaran dan kasih sayang, serta sangat menghargai klien. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa mengharagai orang lain, biasanya disadari oleh sikap rendah ahti yang kita miliki. Sikap rendah hatai pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (custamer first antitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
            Jika komunikasi yang kita bangun disadarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal yang pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respek). Hal inilah yang dapat membangun bangunan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.









2.2  Kualitas komunikasi efektif
Joseph de Vito, pakar komunikasi menyebut ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan untuk efektivtas sebuah komunikasi. Kualitas ini antara lain:
Kualitas komunikasi
Deskripsi
Openess
Suppertiveness
Positiviness
Emphaty
Equality
Adanya keterbukaan
Saling mendukung
Bersikap positif
Memahami perasaan orang lain
Kesetaraan
                        Selain itu komunikasi efektif harus dibangun berdasarkan hubungan interpersonal yang efektif. Menurut Roger, hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut:
1.      Ketemu satu sama lain secara personal.
2.      Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti.
3.      Menghargai satu sama lain, bersikap positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.
4.      Menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain.
5.      Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung, serta mengurangi kecenderungan gangguan arti.
6.      Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman terhadap yang lain.
Namun sedemikian, yang paling mendasar dalam sebuah kegiatan komunikasi adalah adanya rasa saling percaya. Setelah terbina hubungan saling percaya, biasanya apapun yang dikatakan pastilah diterima. Satu hal lainnya adalah efiensi, komunikasai yangefisien adalah komunikaasi yang tidak membutuhkan upaya besar agar mencapai tujuannya. Perlu dipahami bahwa untuk mendapatkan kualitas komunikasi yang efektif, hubungan antara sesama harus lebih berfokus pada aspek-aspek manusiawi sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan antar individu, akan tetapi di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, menginagat hubungan yang terjalin membawa manfaat melalui kesepakatan bersama bagi kedua belah pihak.
Reon Ladlow dan Ferguson Parton (1992,1996) berasumsi bahwa melalui kemunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian diantara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. ‘’keberhasilan dalam mencapai ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh sifat dan mutu informasi yang disampaikan dimana hal ini selanjutnya juga ditentukan oleh pengertian, keterangan, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik, serta tindakan’’ (Tubbs dan Moss, 1994). Komunikasi yang efektif akan memberikan konstribusi terhadap produktivitas perbaikan pencapaian dan tujuan komunikasi. Selain itu, sejumlah keuntungan-keuntungan penting dapat dicapai dimana seorang akan berpengetahuan luas. Banyaknya informasi akan dapat memuaskan seseorang manusia akan menjadi lebih baik dan produktif saat mereka memberikan waktu lebih banyak untuk mengaplikasikan informasi. Bila saluran komunikasi terbuka, maka keinginan-keinginan yang ingin disampaikan akan lebih mudah diketahui.
2.3.   Kualitas Komunikator
Partisipasi merupakan modal dasar unuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif. Karenanya kemampuan komunikasi efektif. Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berbagi ide, mengkritik dari semua aspek, endorong dan merangsang imajinasi, menolak buah pikiran yang kurang tepat dan mengenal sejak dini solusi yang mungkin bisa diambil.
Menilai Orang
Mengetahui mana yang penting dan menghargai kontribusi orang lain.
Mendengarkan secara aktif
Berusaha keras memahami keinginan dan masalah orang lain.
Bijaksana
Memberikan kritik secara halus, konstruktif dan hormat.
Memberi pujian
Menghargai orang lain dan kontribusi mereka didepan umum.
Konsisten
Mengendalikan suasana riang, memperlakukan semua sama dan tidak ada yang favorit.
Mengakui kesalahan
Kemauan untuk mengakui kesalahan.
Memiliki rasa humor
Mempertahankan posisi yang menyenangkan dan pendekatan yang enak.
Memberikan contoh yang baik
Melakukan apa yang diharapkan oleh orang lain.
Menggunakan bahasa yang jelas, lugas dan tepat
Kata-kata yang lazim, konkret, pemberian petunjuk, yang menyentuh perasaan penyimak dan hindari kata-kata bercita rasa buruk, kata-kata langsung.

Tabel 8.1 kualitas komunikasi efektif.
            Ketika erkomunikasi, kita pasti memiliki persepasi tertentu pada pendengar begitu pula sebaliknya. Kekeliruan yang sering terjadi dalam berkomunikasi adalah ketika seseorang menyampaikan informasi dengan ukurannya sendiri. Ini harus dihindarkan karena komunikasi senantiasa melibatkan orang lain. Ahli komunikasi berpesan jika ingin berhasil, maka rumusan kunci yang harus dipegang adalah know your audience. Katahuilah siapa yang anda ajak bicara. “Seorang komunikator yang dialogis harus mencoba mengenali dan memperkecil kecenderungannya terhadap manipulasi, keegoisan dan objektivitas orang lain”. Cara mengingatkan efektivitas dalam mendengar adalah sebagai berikut :
1.    Memberikan perhatian.
2.    Memahami komunikasi verbal dan non verbal.
3.    Meningkatkan kemampuan dalam memahami simbol verbal dan non verbal dengan menambah referensi pemahaman.
4.    Menyimak untuk menganalisa dan mengevaluasi.
5.    Meningkatkan keahlian menyimak antarpersonal.

2.4.   Syarat komunikasi efektif
  Dapat dipercaya (credible)
       Dalam arti secara harfiah, credible diartikan seseorang mempunyai kelebihan dan merupakan pengakuan komunikan terhadap keberadaan komunikator atau sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh posisi dan kedudukan stata sosiokultural tertentu sangat memengaruhi pengakuan dan kredibilitas seseorang. Menurut cangara H (2004), credibility diartikan sebagai seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti khalayak  atau penerima. Kelebihan-kelebihan tersebut mampu memikat khalayak sehingga mau mendengarkan pembicaraannya, mempercayai pembicaraannya dan melaksanakan pesan yang telah disampaikan. Komunikator dikatakan credible apabila memenuhi syarat berikut ini :
1.    Kompetensi merupakan penguasaan ilmu luas yang dimiliki oleh komunikator pada masalah yang dibahasnya. Hal ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan bidang keilmuan yang dikuasai. Seorang perawat akan efektif menjelaskan tentang ilmu keperawatan daripada seorang akuntan, walaupun seorang akuntan berpendidikan strata sangat tinggi. Dengan penguasaan ilmuyang dimiliki seorang akan menghadikan argumentasinya lebih jelas dan lebih detail dalam menjelaskan suatu masalah. Selain penguasaan materi harus dimiliki, seorang komunikator juga perlu melengkapi diri dengan keterampilan komunikasi ()commucations skills) terutama keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
2.    Sikap merupakan karakter pribadi sebagai penguatan sehingga pembicaraannya dipercayai oleh khalayak (penerima pesan). Seserang yang mudah berubah prinsip akan sangat erbeda dengan orang yang tegar dalam berprinsip. Kebimbangan pada penerima pesan terjadi karena komunikator tidak mempunyai pendirian yang tetap sehingga membingungkan pendengar. Berprinsip berarti menyampaikan pesan sesuai dengan yang apa diketahinya tanpa menambah dan mengurangi isi pesan.
3.    Tujuan. Inti dari adanya komunikasi adalah terjadinya perubahan perilaku sehingga apa yang disampaikan seharusnya mempunyai tujuan yang baik. Bentuk komunikasi yang dilakukan perawat akan menghasilkan perubahan perilaku dari perilaku desdruktif menjadi perilaku yang konstruktif.
4.    Kepribadian. Suasana hangan dan bersahabat dengan memperhatikan kultur setempat saat menyampaikan isi pesan akan membawa khalayak atau penerima pesan larut dalam pembicaraannya. Suasana tersebut mengahadirkan keterikatan suasana emosional dalam diri pendengar sehingga membangkitkan motivasi dalam menelaah semua isi pembicaraannya.
5.    Dinamis merupakan kualitas dari isi pesan yang mampu menarik perhatian khalayak atau penerima pesan. Isi pesan sangat menoton atau membosankan akan sangat beresiko terhadap eksistensi dan khalayak untuk mau medengarkan, dan ini akan mengganggu kredibilitas dari pembicara. Memilih isi pesan  yang akan disampaikan dengan memperhatikan khalayak sangat diperlukan dalam menjaga dinamika dalam berkomunikasi.
Konteks (context)
     Pesan yang akan disampaikan hendaklah sesuai dengan kepentingan sasaran. Materi yang konteksual berarti materi yang disampaikan didesain untuk memeuhi kepentingan sasaran yang berarti bahwa materi yang akan disampaikan sesuai dengan yang dibutuhkan saat ini. Pemilihan materi pesan yang akan disampaikan tergantung dari bagaimana perawat menyimpulkan sebuah rumusan masalah sehingga muncul diagnosa keperawatan dan dari diagnosis keperawatantersebut perawat memulai menyusun materi. “klien dengan masalah keperawatn peningkatan suhu tubuh, maka materi yang akan disampaikan adalah bagaimana cara mengompres yang benar sehingga dapat menurunkan suhu tubuh”. Oleh karena itu, klien dan perawat harus bekerjasama dengan baik dengan situasi yang sangat mendukung dalam proses transfer learning tersebut. Situasi yang dibutuhkan dalam proses transfer learning tersebut antara lain adalah konsentrasi tinggi yaitu bagaimana komunikan memfokuskan pada salah satu topik yang dibicarakan dengan membebaskan seluruh pikiran yang mengganggu. Atensi yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian yang maksimal dengan lingkungan yang nyaman dan kondusif.
Isi (content)
     Isi materi merupakan inti dari kegiatan komunikasi. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi yang akan dilakukan, dengan harapan akan memberikan efek positif yaitu terjadinya perubahan perilaku dari komunikan. Oleh karena itu, isi materi sebaiknya bersifat menarik. Untuk diikuti atau di simak. Kemampuan yang harus dimiliki oleh komunikator adalah bagaimana seorang komunikator menyegmentasikan isi pesan kedalam komunikan. Kesesuaian isi pesan dengan komunikan, menjadikan isi pesan menjadi menarik untuk didengar. Suryani (2006) berpendapat bahwa materi yang akan disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaan bagi sasaran.
Kejelasan (clarity)
     Selain harus dapat dimengerti dan diterima, maka kejelasan dan pesan itu sendiri perlu dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Hal tersebut penting karena kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai penafsiran yang menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka atau tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Tidak adanya keterbukaan akan menimbulkan sikap saling curiga dan kemudian akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim.
Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency)
     Pesan yang disampaikan sebaiknya konsisten dan berkesinambungan serta tidak menyimpang dari topik ataupun tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Apabila terlalu menyimpang, maka akn kembali ke konteks semula seperti yang telah dibicarakan sebelumnya. Satuan acara pembelajaran merupakan salah satu cara agar penyampaian pesan tidak menyimpang dari topik karena proses pemelajaran sudah dirancang dari awalbaik sasaran, tema, maupun waktu termasuk didalamnya kegiatan pembicara dan respons atau umpan balik dari pendengar sehingga konsistesi tetap terjaga.
Saluran (chanel)
     Saluran yang disampaikan dlam komunikasi sesuai dan memungkinkan penerimaan yang baik dan cermat oleh komunikan. Pada seseorang dengan gangguan bicara karena adanya gangguan fungsi syaraf, maka saluran yang dipakai adalah dengan menulis di kertas, dan sebagainya. Intinya saluran yang akan digunakan disesuaikan dengan kondsi saat ini termasuk menggunaka alat atau tidak. Pada penyuluhan sebaikya menggunakan flip chart.
Kapasitas sasaran (capability of audience)
     Sasaran dan teknik penyampaian pesan disesuaikan dengan kemampuan penerimaan sasaran, sedangkan pesan itu sendiri tidak membingungkan. Oleh karena beriorientasi pada kepentingan sasaran, materi yang dipersiapkan harus memandang karakteristik dari komunikan antara lain bahasa yang biasa digunakan, tingkat pendidikan, agama serta kondisi emosi saat ini dan sosial budayanya. Di samping it, komunikator juga harus memperhatikan situasi dan kondisi. Hal ini dikarenakan dalam proses komunikasi situasi dan kondisi sangat dibutuhkan dalam proses transfer learning.






2.5.   Kiat komunikasi yang efektif
Komunikasi keperawatan merupakan wahana utama dalam praktek keperawatan yang dilakukan antara :
1.      Perawat-klien
2.      Perawat-keluarga-klien
3.      Perawat-perawat
4.      Perawat-petugas lain yang tekait
Tahap orientasi dari komunikasi efektif adalah sebagai berikut :
1.      Pra Interaksi
a.       Merupakan masa apersepsi dimana terjadi pencerapan dari hasil renungan untuk menata kata-kata yang akan diucapkan
b.      Merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain
c.       Perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan dan pengalaman yang dimiliki terkait dengan percakapan yang akan dilakukan.
1)      Bila tidak siap
a)      Membaca standar atau literatur
b)      Berdiskusi dengan teman, atasan ataupun supervisior
2)      Bila sudah siap
a)      Membuat rencana interaksi atau komunikasi dengan orang lain.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan atau dilakukan pada tahap pra-interaksi adalah sebagai berikut :
a.       Evaluasi pada diri sendiri
1)      Pengetahuan dan kemampuan tentang kondisi klien
2) Apa saja yang diucapkan saat bertemu
3)      Respons selanjutnya atau tindak lanjut yang akan dilakukan
4)      Mengingat kembali pengalaman yang baik maupun pengalaman yang tidak baik
5)      Evaluasi tingkat kecemasan

b.      Penetapan tahapan interaksi atau hubungan
1)      Tujuan pertemuan, spesifik, dapat diukur (measurable) dapat di raih (achieveable), realitas dan memiliki waktu atau time.
2)      Tindakan yang akan dilakukan
3)      Cara melakukan
c.       Rencana interaksi
1)      Rencana percakapan tertulis
2)      Teknik komunikasi
3)      Teknik observasi
4)      Langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan disesuaikan dengan standart operasional prosedur.

2.      Perkenalan
Merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat pertama kali bersama atau kontak dengan orang lain.
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Salam terapeutik yang disertai dengan perkenalan.
1)      Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2)      Perkenalkan diri dengan sopan, baik nama lengkap maupun nama panggilan yang disukai.
3)      Mengulurkan tangan untuk bersalaman
4)      Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
5)      Jelaskan tujuan pertemuan
6)      Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7)      Jujur dan menepati janji
Contoh perkenalan pada pertemuan yang pertama :
“selamat pagi bu, kenalkan nama saya suster M.E Ideputeri, saya biasa di panggil suster M.E.
Saya akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa, saya bisa memanggil ibu apa ?
b.      Evaluasi validasi
1)        Menanyakan perasaan-perasaan yang dirasakan.
2)        Menanyakan kondisi emosional yang dialami saat ini.
Contohnya : “bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
c.       Kontrak
Kegiatan dalam konrak meliputi kontrak topik, waktu, dan tempat. Pada pertemuan yang pertama kegiatan dalam kontrak ini untuk menentukan kesepakatan bersama topik apa yang akan didiskusikan, tempatnya di mana, dan kapan pelaksanaanya. Setelah tercapai kesepakatan perawat dan klien akan memulai diskusi. Contoh percakapan kontrak yang dilakukan pertama kali bertemu adalah sebagai berikut:
1)      Topik
“apa yang membuat ibu atau bapak atau adik sehingga datang ke rumah sakit?”
“apa yang terjadi di rumah sehingga bapak atau ibu membawa keluarganya ke rumah sakit ?”
2)      Waktu
”bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar ?”
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap tepat pukul 10.00 WIB?”
3)      Tempat
“tempatnya yang enak dimana?”
“bagaimana kalau di tempat tidur ibu atau bapak atau adik saja?”

Akan tetapi, bila kegiatan komunikasi ini merupakan pertemuan yang kedua dan seterusnya, maka kegiatan yang dilakukan adalah mengingatkan kembali kontrak yang telah disepakati pada akhir pertemuan yang pertama atau yang terdahulu. Contoh percakapan pada pertemuan yang kedua dan seterusnya adalah sebagai berikut :
4)      Topik
“bu... sesuai dengan janji yang kemarin, hari ini kita akan membicarakan nyeri yang ibu rasakan, menurut ibu bagaimana ?”
5)      Waktu
“waktu yang disepakati kemarin pukul 10.00 WIB, menurut ibu bagaimana?”
“bagaimana kalau waktunya tepat pukul 10.00 WIB saja sesuai dengan janji yang kemarin?”

6)      Tempat
“kemarin tempat yang ditentukan untuk bercakap-cakap di tempat tidur ibu, menurut ibu bagaimana?”

Apabila kontrak yang telah disepakati ternyata ada halangan karena sesuatu hal, perawat harus tetap datang ke klien sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dan membuat kontrak baru. Hal ini dilakukan agar klien tetap percaya kepada perawat baik dipandang dari sudut kapasitas dan kemampuan.

3.      Orientasi
a.       Evaluasi/validasi
1)   Menanyakan apa yang dirasakan menyangkut keluhan yang dirasakan.
2)   Menanyakan mengapa klien sehingga datang ke tempat pelayanan.
3)   Menanyakan kejadian yang terjadi baik saat ini maupun masa lampau.
4)   Sering menggunakan teknik komunikasi konfrontasi, validasi dan presenting reality.
5)   Kontrak
b.      Topik
Merupakan pokok bahasan yang akan dibicarakan dan disampaikan yang berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan. Dalam hal ini komunikasi dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi focussing yaitu berorientasi pada masalah utama atau keluhan utama untuk menghindari pelanggaran batas dalam berkomunikasi (impasses communication)
c.       Waktu
Merupakan batasan waktu yang disediakan saat akan dilakukan komunikasi yang disampaikan dengan jelas dan dilaksanakan dengan tepat waktu. Untuk memulai komunikasi dan mengakhiri, perawat harus merujuk pada kontrak waktu, untuk itu perawat dalam berkomunikasi perlu memperhatikan manajemen waktu.
d.      Tempat
Disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien saat itu. Tempat diusahakan mencari tempat representatif, jauh dari gangguan (noice).


4.      Kerja/Implementasi
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dan klien yang terkait erat dengan pelaksaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan tindakan yang akan dilakukan, tujuan tindakan keperawatan, dampak yang terjadi bila klien menolak atau tindak kooperatif dalam tindakan keperawatan, perasaan yang dihadapi dan pikiran-pikiran yang mengganggu. Tujuan ini sering disebut sebagai tujuan kognitif dalam tindakan keperawatan.
b.      Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien untuk penerimaan diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan harapan ada kerjasama yang baik antara klien dan perawat dalam menyelesaikan masalah klien.
c.       Melaksanakan pendidikan kesehatan
d.      Melaksanakan teknikal keperawatan sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada.
e.       Melaksanakan tindakan kolaborasi.
f.        Melaksanakan observasi dan monitoring.
Dalam melaksanakan teknikal keperawatan perawat perlu melihat dulu acuan tindakan keperawatan yang telah ada di ruangan. Biasanya disetiap ruangan mempunyai Standart Operasional Prosedur. Agar tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan benar dan tepat dengan tingkat penerimaan yang tinggi dari klien, dalam melaksanakan tindakan perawat selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pasien. Prinsip pada tahap ini adalah perawat menggunakan diri secara terapeutik yang tampak dari teknik komunikasi terapeutik dan sikap terapeutik dalam pelaksanaan langkah-langkah tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.






5.      Terminasi
      Merupakan akhir dari pertemuan, dimana perawat mengakhiri proses interaksi dengan harapan klien mengetahui bahwa hubungan yang dilakukan tersebut sebatas hubungan profesional antara perawat dan klien. Ada dua macam dari terminasi yaitu : pertama, terminasi sementara merupakan akhir dari tiap pertemuan, contohnya dinas pagi melakukan terminasi sebagai operan dengan dinas siang, dst. Kedua, terminasi akhir yaitu terminasi yang dilakukan setelah klien keluar dari rumah sakit, (pulang sembuh atau pindah rumah sakit)berisi penyampaian pesan meliputi seluruh kegiatan yang akan dilakukan di rumah (discharge planning), antara lain sebagai berikut :
a.       Jadwal kontrol
b.      Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
c.       Tindak lanjut rehabilitasi
d.      Obat-obatan yang perlu dilanjutkan maupun obat yang dihentikan.
e.       Kontrol sewaktu-waktu bila ada yang membahayakan tidak perlu menunggu jadwal yang telah ditetapkan.
Contoh percakapan strategi pelaksanaan tindakan pemasangan infus :
1)   Selamat pagi pak, kenalkan nama saya suster Meltiana Ide Puteri, saya biasa dipanggil suste melti, nama bapak siapa, dan saya bisa memanggil bapak apa ?
2)   Boleh pak, saya memeriksa bapak sebentar, mungkin hanya 10 menit saja dan memeriksanya cukup disini saja.
3)   Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
4)   Apa yang dirasakan bapak hari ini ?
5)   Bagaimana dengan kejadian semalam / tadi ?
6)   Berapa kali beraknya ?
7)   Beraknya bagaimana, apakah cair atau berlendir atau masih ada ampasnya ?
8)   Apa yang dirasakan apak hari sesuai dengan pengamatan saya bahwa bapak hari ini tampak pucat dan lelah sekali yang menandakan bapak kekurangan cairan.
9)   Karena cairan yang dibutuhkan sangat mendesak, maka jalan satu-satunya adalah dipasang infus.
10)    Tujuannya agar kondisi bapak yang lemah akibat kekurangan cairan tertasi dan tidak lemas lagi
11)    Menurut bapak bagaimana ?
12)    Kalau bapak setuju, mohon bapak persiapkan diri dan saya mengambil alatnya.
13)    Pak, memasang infus caranya dengan menusukkan jarum kecil di lengan kanan untuk jalan infus.
14)    Nah, kalau begitu tolong persiapkan lengan kanan bapak dan saya mempersiapkan peralatan infusnya.
15)    Pak, kami memulai menusukkan jarumnya dan tolong apak santai saja.
16)    Tolong bapak menggenggam tangn dan tetap santai, jangan kaku.
17)    Ikuti pergerakan saya ya, pak
18)    Nah, infusnya sudah masuk dan tolong jangan bergerak dulu ya, pak
19)    Saat ini tetesan berjalan lancar, bila menetesnya tidak sesuai dengan saat ini tolong keluarga bapak lapor ke perawat, tetapi jangan khawatir setiap jam kami akan lihat.
20)    Tolong klemnya jangan dibuat main-main ya pak
21)    Sementara ini tangannya diluruskan saja ya pak, biar tetesannya tetap lancar
22)    Dan jangan lupa pada pukul 12.00 WIB Bapak ada jadwal periksa darah. Nanti pukul 12.00 WIB tersebut bapak akan diambil darahnya sedikit untuk bahan periksa.
23)    Sudah ya pak, selamat beristirahat.














BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Yang paling penting dalam komunikasi efektif bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita di bangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian) dan bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat tau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kukuh yang di bangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat. Kita bisa menggunakan analogi syistem pelayanan keperawatan di unit pelayanan kesehatan yang ada, seperti puskesmas, rumah sakit, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.

3.2.   saran
Supaya mahasiswa mampu berkomunikasi efektif yang benar dalam keperawatan. Dan komunikator dapat memahami etika kepribadian atau karakter dari komunikan.


















DAFTAR PUSTAKA

           Alder, Ronald B.,Lawrence B, Rosenfeld, dan Russel F.2004.Proctor II. Interplay: The Process Of Interpersonal Communication. Edisi ke-9. New york: Oxford University Press.
           Arifin,A.(2002). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas.Jakarta.Rajawali
           Suryani.(2005).Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktek.Jakarta.EGC
Djuansa,sasa.(1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar